Sabtu, 10 Juli 2010

sintesis metil salisilat

SINTESIS METIL SALISILAT
Tujuan praktikum
Memahami metoda sintesis ester melalui reaksi esterifikasi
Dasar teori
Metil salisilat adalah cairan bening kemerahan dengan bau Wintergreen. Tidak larut dalam air tetapi larut dalam alkohol dan eter. Metil salisilat telah digunakan untuk pengobatan sakit syaraf, sakit pinggang, radang selaput dada, dan rematik. Metil salisilat adalah komponen utama obat gosok pada minyak angina.
Metil salisilat terkandung dalam minyak gandapura (Gaultheria Fragrantissima) yang merupakan tanaman minyak astiri yang cukup potensial dan terkandung pada minyak aromatic dari bunga, daun, dan kulit batang tumbuhan lainnya. Didalam tubuh, metal salisilat di hidrolisis menjadi asam salisilat yang mempunyai efek serupa dengan aspirin.
Ester dapat diperoleh dari reaksi esterifikasi dengan cara merefluks sebuah asam karboksilat bersama sebuah alcohol dengan katalis asam dan dapat juga diperoleh dari alkoholisis asam klorida, asam anhidrida dan nitril. Asam yang digunakan sebagai katalis biasanya asam sulfat atau asam lewis dan asam hidroklorida.
Mekanisme reaksi esterifikasi Fischer :
1. Transfer proton dari katalis asam ke atom oksigen karbonil, sehingga meningkatkan elektrofilisitas dari atom karbon karbonil.
2. Protonasi terhadap salah satu gugus karbonil, yang diikuti oleh pelepasan molekul air menghasilkan ester.
3. Terjadi pelepasan proton dari gugus hidroksil milik alkohol, menghasilkan kompleks teraktivasi.
Jika ditambahkan sejumlah besar katalis asam, katalis mengubah lingkungan dalam sistem dan sebagian dihilangkan melalui hidrasi air terbentuk dalam reaksi ini. Untuk membuat sebuah ester kecil seperti etil etanoat, anda bisa memanaskan secara perlahan sebuah campuran antara asam metanoat dan etanol dengan bantuan katalis asam sulfat pekat, dan memisahkan ester melalui distilasi sesaat setelah terbentuk.
Ini dapat mencegah terjadinya reaksi balik.
Pemisahan dengan distilasi ini dapat dilakukan dengan baik karena ester memiliki titik didih yang paling rendah diantara semua zat yang ada. Ester merupakan satu-satunya zat dalam campuran yang tidak membentuk ikatan hidrogen, sehingga memiliki gaya antar-molekul yang paling lemah.
Ester-ester yang lebih besar cenderung terbentuk lebih lambat. Dalam hal ini, mungkin diperlukan untuk memanaskan campuran reaksi di bawah refluks selama beberapa waktu untuk menghasilkan sebuah campuran kesetimbangan. Ester bisa dipisahkan dari asam karboksilat, alkohol, air dan asam sulfat dalam campuran dengan metode distilasi fraksional.
Reaksi esterifikasi
O O
|| ||
R-C-OH + R’-OH ↔ R-C-OH + H2¬O
As. Karboksilat alcohol Ester air

Alat dan bahan

Alat :

- Labu Bundar 50 ml
- Batu didih
- Kondensor tegak model HMIC-F 50, 500 ml serial LT 16030606
- Corong pisah
- Labu Erlenmeyer (pyrex) 250 ml
- Kerts saring
- Labu destilasi kecil
- Gelas ukur (pyrex) 10 ml
Bahan :
- 2,8 gr asam salisilat
- 10 ml methanol
- 0,6 ml asam sulfat pekat
- Air
- Diklorometan
- Larutan natrium bikarbonat
- Magnesium sulfat






Prosedur kerja
Masukkan 2,8 g asam salisilat dan 10 ml methanol ke dalam labu bundar 50 ml. Aduk campuran untuk melarutkan asam dan tambahkan dengan hati-hati 0,6 ml asam sulfat pekat (perhatian-korosiv!!!!). Masukkan batu didih, sambungkan dengan kondensor tegak dan reflux selama 2 jam. Dinginkan larutan pada suhu kamar dan dekantasi dari batu didih ke dalam corong pisah yang ada didalamnya terdapat 5 ml air dan 5 ml diklorometan.
Bilas labu bundar tadi dengan 2-3 ml diklorometan dan tuang bilasan ke dalam corong pisah,kocok campuran dan pisahkan cairan organic dari lapisan air, yang mengandung asam sulfat dan methanol. Cuci cairan organic dengan ± 5 ml air dan kemudian 5 ml larutan natrium bikarbonat (Hati-hati timbul busa) untuk menghilangkan asam salisilat yang belum teresterifikasi. Pisahkan lapisan organic hati-hati dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Tambahkan sedikit magnesium sulfat, aduk, buka penutupnya biarkan selama 20 menit.
Saring larutan ke dalam labu destilasi kecil, tambahkan batu didih dan suling diklorometan. Setelah tidak ada lagi pelarut yang tersuling, biarkan labu dingin pada suhu ruangan. Ester kotor ini dapat dimurnikan dengan destilasi vakum. Titik didih metal salisilat pada tekanan atmosfer adalah 222ºC.

Hasil dan Pembahasan
2,80015 gram asam salisilat yang berbentuk serbuk kristal putih seperti jarum-jarum kecil, ditambahkan methanol menjadi larut dan berwarna bening, kemudian ditambahkan 0,6 ml asam sulfat pekat tetap bening. Asam sulfat pekat hanya sebagai katalis. Kemudian di reflux , reflux berguna untuk pemberian energi aktifasi dan inilah proses esterifikasi, tetap bening.
Penggunaan batu didih untuk meratakan panas saat direflux. Batu didih juga berguna agar tidak terjadi letupan-letupan saat dipanaskan. Larutan dididihkan pada reflux dan kondensor agar terjadi tumbukan antara methanol dan asam salisilat, sehingga terjadi reaksi. Reflux harus dalam keadaan dibawah titik didih agar tidak terjadi penguapan berlebihan, sehingga dapat menyebabkan larutan dalam labu bundar bisa habis ( tidak terkondensasi).
Dalam kondensor tegak, labu dipanaskan menghasilkan uap, kemudian uap keluar melalui pipa yang sudah dialiri (dikondensasi) sehingga uap tersebut kembali menjadi cair dan turun kembali kebawah labu.
Setelah di reflux selama 1,5 jam, kemudian didinginkan. Lalu dekantasi dari batu didih kedalam corong pisah yang sudah berisi 5 ml air ditambahkan 5 ml diklorometan. Diklorometan berwarna kuning. Kemudian terjadi pemisahan, diklorometan dibawah dan air diatas. Metil salisilat tidak larut dalam air tapi larut dalam diklorometan. Penggunaan diklorometan bertujuan untuk menarik asam salisilat karena sepolar, dan air untuk menarik pengotornya.
Larutan yang berada dalam corong pisah tersebut ditambahkan bilasan yang ada dalam labu bundar dengan 2-3 ml diklorometan, kemudian dikocok dan memisahkan cairan oragnik dari lapisan air. Pengocokan dilakukan sampai terlihat 2 fase yang jelas, kemudian terjadi lapisan yang berwarna kuning bening di bawah dan air di atas. Dan yang digunakan adalah yang berwarna kuning.
Setelah cairan organic dicuci dengan ± 5 ml air dan ditambahkan 5 ml larutan natrium bikarbonat, terjadi gelembung dan busa serta berwarna kuning keruh. Penambahan larutan natrium bikarbonat untuk menghilangkan asam salisilat yang belum teresterifikasi. Kemudian didiamkan terdapat 3 lapisan, asam salisilat, diklorometan dan larutan air. Lalu warna kuning dikeluarkan dan terdapat 2 lapisan. Metil salisilat dalam diklorometan yang terdapat di bagian atas dan itu yang dibutuhkan, sisanya adalah pengotor. Penggunaan magnesium sulfat untuk menyerap pengotor, kemudian di saring (pemurnian), lalu hasil saringannya itu adalah ester kotor.
Dalam destilasi vakum, dipanaskan, titik didih yang dibawah itu menguap dan kelabu sebelah kanan, setelah melewati tabung yang melingkar-lingkar kemudian didinginkan lalu diembunkan. Titik awal mendidih adalah 90ºC, dan titik akhir tidak diketahui karena waktunya tidak mencukupi. Pemurnian dengan destilasi vakum untuk memurnikan dengan perbedaan titik didih.
Kesimpulan
Ester dapat disintesis melalui reaksi esterifikasi. Dengan penambahan asam salisilat dan methanol serta katalis asam sulfat pekat, serta ditambahkan batu didih untuk meratakan panas, direflux selama 1,5 jam, dekantasi dari batu didih kedalam corong pisah yang sudah berisi 5 ml air ditambahkan 5 ml diklorometan. Penggunaan diklorometan bertujuan untuk menarik asam salisilat karena sepolar, dan air untuk menarik pengotornya.
Kemudian dikocok dan memisahkan cairan oragnik dari lapisan air, kemudian terjadi lapisan yang berwarna kuning bening di bawah dan air di atas. Penambahan larutan natrium bikarbonat untuk menghilangkan asam salisilat yang belum teresterifikasi. Kemudian didiamkan terdapat 3 lapisan, asam salisilat, diklorometan dan larutan air.
Metil salisilat dalam diklorometan yang terdapat di bagian atas dan itu yang dibutuhkan, sisanya adalah pengotor. Penggunaan magnesium sulfat untuk menyerap pengotor, kemudian di saring (pemurnian), lalu hasil saringannya itu adalah ester kotor. Pemurnian dengan destilasi vakum untuk memurnikan dengan perbedaan titik didih.











DAFTAR PUSTAKA
Asam salisilat, fa.lib.itb.ac.id (23 March 2008)
Esterifikasi, www.chem-as-try.org (17 Maret 2008)
Esterifikasi, www.disperindag-jabar.go.id (18 Maret 2008)
Esterifikasi Fischer, www.wikipedia.org (17 Maret 2008)
Sintesis senyawa asam salisilat, www.adln.lib.unair.ac.id (23 maret 2008)

laporan farmasi botani I

PENDAHULUAN

A. Moraceae

Bentuk hidup moraceae pohon, perdu, liana, jarang herba. Hampir selalu mengandung getah, getah serupa susu yang dihasilkan dari latisifer pada parenkim batang dan daun. Kandungan latisifer bermacam-macam tergantung kepada macam jenisnya, kadang-kadang mengandung alkaloid dan sering bertanin.
Letak daun berhadapan atau tersebar(folia sparsa). Daun-daun pada masing-masing nodus biasanya tersusun dalam suatu spiral. Macam daunnya tunggal, jarang majemuk. terdiri dari satu helai daun(lamina), tanpa adanya artikulasi(persendian) pada dasar. Adanya persendian dapat menunjukan adanya tautan pada tangkai daun dimana daun dipecah. Daunnya sering dengan sistolit pada epidermis, kalsium karbonat dengan silica sering terdapat pada dinding sel dari epidermis dan trikom. Pada daun terdapat stipula(daun penumpu).
Distribusi seks berumah dua atau berumah satu, bunga dalam perbungaan rasemus, spika, umbela atau bongkol, atau dalam reseptakel yang membentuk piala. Tipe seks bunga uniseksual pada bunga jantan terdapat stamen yang fungsional, pistilum tidak fungsional tereduksi menjadi pistilodium atau absen. Pada bunga betina terdapat pistilum yang fungsional, stamen tidak fungsional tereduksi menjadi staminodium atau absen. Tumbuhan memiliki kaliks 4 sepal, lepas atau bersatu, kadang-kadang tidak ada, apetal, stamen pada bunga jantan sebanyak sepal, letaknya berhadapan dengan sepal. Bunga betina dengan ginaesium terdiri atas satu ovarium yang suferus (ovarium bebas dari semua bagian bunga, kecuali pada bagian yang sangat bawah) atau inferus (ovarium seluruhnya tertanam pada reseptakel yang melebar yang bersatu denganny), dua karpel, satu sampai dua ruang, ovul satu tiap ruang(satu ruang lagi kosong), stilus dua atau bercabang dua. Buah drupa sering tersusun menjadi buah majemuk, atau akhene didalam reseptakel yang berdaging membentuk piala yang disebut sikonium. Biji dengan atau tanpa endosperm, embrio biasanya melengkung.
Pemanfaatan tumbuhan moraceae hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk keperluan hidup manusia. Misalnya pohon sukun(Artocarpus atilis). Daun sukun yang telah kuning dapat dibuat minuman untuk obat penyakit tekanan darah tinggi dan kencing manis, karena mengandung phenol, quercetin dan champorol dan juga dapat digunakan sebagai bahan ramuan obat penyembuh kulit yang bengkak atau gatal. Di Ambon, getah sukun (latek) digunakan sebagai bahan pembuat dempul (dicampur tepung sagu, gula merah dan putih telur bebek) untuk tong kayu atau perahu, supaya kedap air. Kayu pohon sukun tahan terhadap serangan rayap, dan biasa digunakan untuk membuat perahu atau kontruksi rumah.


Gambar 1.1 (pohon sukun)

Suku ini terdiri atas 40 marga dengan hampir 1000 jenis, tersebar luas di daerah tropis dan subtropics, sedikit di temperate. Marga yang terbesar adalah Ficus (500 jenis). Contoh :
 Ficus fistulosa Reinw. Ex Bl. (beunying)
 Artocarpus atilis (Park.) Fosberg (sukun)
 Artocarpus heterophyllus Lmk. (nangka)
 Artocarpus integer (Thunb) Merr. (cempedak)
 Antiaris toxicaria (Pers.) Lesch. (ipoh,upas), getahnya beracun
 Ficus ampelas Burm.f. (ampelas)
 Ficus benyamina L. (beringin)
 Ficus carica (tin, lo arab)
 Ficus deltolidea Jack. (walen, tabat barito)
 Ficus elastica Nois.ex Bl.(kikaret) sebagai hiasan, getahnya untuk karet
 Ficus septic Burm.f. (awar-awar)
 Morcus alba L. (murbei)
B. Araceae

Bentuk hidup berupa herba atau perdu tidak berambut, menahun, kerap kali dengan umbi atau akar rimpang. Daun sangat berbeda bentuk, kadang-kadang selama berbunga tidak ada, bunga terkumpul menjadi tongkol tidak bercabang, yang pangkalnya mempunyai daun pelindung (spatha, seludang). Bunga berjejal rapat pada sumbu tongkol, berkelamin dua atau satu dan berumah satu, bunga jantan diatas bunga betina, kadang-kadang terpisah oleh suatu ruang yang kosong atau suatu jalur bunga mandul. tenda bunga ada atau tidak ada, bakal buah menumpang, beruang satu hingga banyak; ruang dengan satu biji atau banyak. Tangkai putik dan benang sari sangat berbeda. Buah buni, kadang pacah dan tidak beraturan. Macam daunnya tunggal atau majemuk, tersebar. Urat daun sejajar, menyirip, menjari tangan, ada pelepah(vagina). Perbungaan spika atau spadiks diliputi spatha.
Genusnya : acorus, aglaonema, alocasia, amorphophallus, amydrium, anadendron, anchomanes, anthurium, anubias, colacasia, culcasia, cyrtosprerma, dieffenbachia, dracontium, epipremnum, holochlamys, homalomena, lasia, monster, montrichardia, philodendron, porphyrospatha, pothos, rhaphidophora, rhektophyllum, syngonium, xanthosoma, zamipculcas.
Manfaat dari suku araceae seperti kuping gajah sebagai tanaman hias. Dan juga talas, di beberapa kawasan tropis talas (Colocasia esculenta) menjadi makanan pokok. Umbi ini enak digoreng, dikukus, atau direbus. Jika dimakan mentah bisa menyebabkan gatal-gatal serta gangguan pencernaan yang parah. Manfaat dari umbi dan daun talas kaya vitamin serta mineral. Nutrisi dalam daun talas setara dengan bayam. Di Cina talas sering disebut wu tao dan sering dibuat pudding untuk perayaan Tahun Baru. Selain itu, talas digunakan untuk mengatasi bengkak karena radang kelenjar limfa stadium awal. Di Hawaii talas dijadikan makanan bayi (anak-anak), terutama yang punya masalah pencernaan atau alergi. Dr. Jerome Glaser, profesor ilmu kesehatan anak di Universitas Rochester, percaya bahwa talas potensial untuk menyembuhkan tukak alat cerna, eksim, asma dan gangguan bronkial. Talas juga membuat perut lebih nyaman. Meringankan diare, dan bisa dijadikan obat oles untuk mengatasi bisul, luka bakar, serta luka gigitan serangga. Umbi ini baik pula untuk menyeimbangkan pH di dalam tubuh. Kandungan gizi:
Thiamin, riboflavin, zat besi, fosfor, zinc, vitamin B6 dan C, niacin, potassium, tembaga, mangan, serat. Talas mengandung asam oksalat, jadi sebaiknya dihindari oleh mereka yang mengalami gangguan ginjal, gout, atau rematoid arthritis.


Gambar 1.2 (tumbuhan talas)



















HASIL PENGAMATAN

A. Daftar Tumbuhan Yang di Temukan

SUKU NAMA JENIS NAMA LOKAL BENTUK HIDUP
Moraceae ArthocarpusAtilis Sukun Pohon
Araceae Anthurium Christalinum Linden & Andre Kuping Gajah Semak
Moraceae Ficus Lyrata Ketapang Badag / Biola Cantik
Moraceae Arthocarpus Heterophyllus Lmk Nangka Pohon
Araceae Colocasia Esculenta Talas
Araceae Dieffenbachia Seguine ( Jacq) Schott Diepenbahagia
Moraceae Ficus Benjamina L Beringin Pohon
Moraceae Ficus Elastica Roxb Karet Munding
Moraceae Ficus Septica Burm.f Kuciat / awar-awar
Araceae Philodendron Pedatum Philodendron


B. Penjelasan
1. ArthocarpusAtilis
Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg atau sukun. Merupakan pohon monoecious, tinggi mencapai 30 m, hijau sepanjang tahun pada daerah tropik lembab, semi-deciduous pada iklim monsoon. Batang tegak, tinggi 5-8 m, diameter 0.6-1.8 m; panjang tunas 10-20 cm. Daun alterernate, oval hingga ellips, 20-60(-90) cm x 20-40(-50) cm, ketika muda tidak terbagi, yang lebih tua rata atau deeply pinnately terpotong menjadi 5-11- titik lobes, tebal, seperti kulit, dibagian atas hijau tua dan mengkilap, di bawahnya hijau pucat dan kasar, panjang tangkai daun 3-5 cm. Inflorescences axiller, panjang peduncula 4-8 cm; inflorescence jantan 15-25 cm x 3-4 cm, berongga, kuning, bunga sedikit dengan benang sari tunggal; inflorescence betina stiffly upright, membulat atau silindris, 8-10 cm x 5-7 cm, hijau, bunga banyak, tertanam dalam receptacle, kelopak tubular, ovarium 2 sel, stylus tidak dalam, stigma berlobi 2. Buah syncarp dibentuk dari seluruh inflorescence, silindris hingga membulat, diameter 10-30 cm. Biji kecoklatan, membulat atau datar, panjang 2.5 cm. Semua bagian dari tanaman ini kaya akan lateks putih.
Distribusi penyebaran Artocarpus atilis merupakan tanaman asli Burma (Myanmar), Thailand, Malaysia, Brunei, Indonesia (kecuali Irian Jaya) and Filipina (Palawan). Tanaman ini juga dibudidayakan di Malaysia dan Indonesia (Jawa, Kalimantan).
Tanaman ini merupakan spesies daerah tropis basah, lebih menyukai panas (temperatur 20-40°C) dan lembab (curah hujan 2000-3000 mm, kelembaban relatif 70-90%), kira - kira 17°N and S; iklim maritim pada pulau kecil 20-23°N. Tanaman ini ditemukan pada datarn tinggi ( mencapai 1500 m) dan pada ketinggian yang lebih tinggi, tetapi buah yang berkualitas dihasilkan pada kondisi yang lebih dingin dan tanaman lebih nyaman pada daerah dataran rendah ekuatorial (dibawah 600 m). Pertumbuhan tanaman terbagus pada daerah dengan drainase yang bagus, tanah alluvial yang kaya humus.
Perbanyakan biasanya dilakukan dengan biji. Biji segar dapat berkecambah 90-95%. Biji kehilangan kemampuan untuk berkecambah dalam beberapa minggu dan tidak dapat disimpan dalam refrigerator. Secara tradisional, tanaman ini diperbanyak dengan sucker akar yang dapat dipisahkan saat akar adventif dibentuk. Metode ini, memerlukan banyak tenaga dan tanaman yang hilang di lahan tinggi apabila tidak ditanam secara hati-hati. Sucker akar dapat juga dilapisi udara, yang akan meningkatkan rata-rata multiplikasi dan ketahanan hidupnya.Perbanyakan yang umum adalah dengan stek akar. Potongan akar dengan diameter 2.5 cm atau lebih dan panjang 20-25 cm diselipkan pada sayap, tidak tegak di tempat benih yang ternaungi, dengan kelembaban tinggi hingga membentuk potongan tunas dan akar adventif, yang mungkin memakan waktu beberapa bulan. Mereka kemudian diletakkan kedalam kontainer individual dan ditaruh di temapt ternaungi sebelum akhirnya ditanam di ladang. Metode perbanyakan yang lain, misalnya dengan pelapisan udara, sambung pucuk dan cangkok (menggunakan seedling biji yang terbentuk seperti spesies Artocarpus lainnya sebagai rootstocks), hal ini mmemberikan tingkat kesuksesan yang bervariasi.; Tanaman diatur di ladang dengan jarak 6-12 m, tergantung kultivar dan kondisi pertumbuhan. Jika tanaman cepat sekali tumbuh, jarak yang direkomendasikan 12 m x 8 m (sekitar 100 pohon/ha). Naungan sebagian dibutuhkan hingga tanaman tumbuh bagus.
Manfaat tumbuhan : buah dan biji yang masak dimakan setelah direbus, dibakar atau digoreng. Buah dapat dimasak semuanya atau setelah dipotong menjadi lembaran tipis. Berbagai macam biskuit dibuat dari potongan buah masak ini dan kemudian dijemur atau di oven; sediaan ini dapat bertahan hingga musim panen buah berikutnya. Di beberapa pulau Pasifik, roti buah ini diawetkan dalam ruang bawah tanah atau dengan menguburnya (Samoa). Buah fermentasi yang disimpan berubah menjadi makanan yang lezat dengan rasa seperti keju kemudian dibuat menjadi roti dan kue. Di Filipina, buah masak tanpa biji direbus dan dimakan dengan gula dan kelapa parut atau dilapisi dengan gula dan didehidrasi; buah berbiji yang belum masak dimasak sebagai sayur dengan santan; daun dan buah yang jatuh merupakan makanan binatang yang bagus. Tandan bunga jantan yang dicampur dengan serat paper mulberry (Broussonetia papyrifera (L.) Ventenat) dibuat menjadi kain pinggang (cawat) yang elegan. Kulit kayu yang lembut, berwarna abu-abu, berserat digunakan sebagai sumber pakaian asli tapa.



2. Anthurium Christalinum Linden & Andre

3. Ficus Lyrata

4. Arthocarpus Heterophyllus Lmk
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Urticales
Suku : Moraceae
Marga : Artocarpus
Jenis : Artocarpus heterophyllus lamk
Nama umum/dagang : Nangka
Artocarpus heterophyllus Lmk., biasa juga disebut nangka, adalah salah satu spesies dari famili Moraceae. Bila sudah matang, buah Artocarpus heterophyllus dapat dimakan, sedangkan buah yang belum matang biasa dimasak sebagai sayur dan terkadang dibuat acar. Daunnya dapat digunakan untuk pakan ternak. Pohonnya biasa dimanfaatkan sebagai peneduh untuk tanaman kopi atau areca dan sebagai penyokong hidup untuk piper nigrum. Getahnya yang mengandung resin berfungsi sebagai makanan hewan. Kayunya berwarna kuning dapat digunakan sebagai kayu gelondongan.
Asal dan Distribusi
Artocarpus heterophyllus Lam., berasal dari pertanian kuno di India. Oleh bangsa Arab tanaman ini dibudidayakan di dataran Afrika Timur. Pada masa sekarang, tanaman ini telah menyebar di daerah tropis.
Kultivasi
Tanaman ini tumbuh dari biji dengan variasi biji berbeda antar pohon. Variasi itu biasanya mempengaruhi bentuk, ukuran, dan kualitas buah.
Ekologi
Tanaman ini biasa tumbuh pada dataran rendah tropis, namun masih dapat berkembang pada dataran yang lebih tinggi dan temperatur yang lebih dingin. Artocarpus heterophyllus dapat tumbuh pada macam-macam tanah, selama persediaan air yang ada cukup. Namun, kondisi yang paling cocok adalah tanah aluvial.
Struktur
Merupakan pohon monoecious evergreen dengan tinggi mencapai 20 m. Ujung akar dari pembibitannya sangat mudah rusak, sehingga sulit untuk ditransplantasi. Terdapat getah putih mengandung resin pada semua bagiannya. Ranting glabrous. Stipula ovate-triangular, panjangnya 2 – 7 cm. Daun tersusun spiral, filotaksis , biasanya glabrous; daun muda memiliki 1 – 2 pasang cuping; daun dewasa rata, coriaceous, berwarna hijau gelap dan mengkilap pada bagian atas, berwarna hijau pucat pada bagain tengah; petiola panjangnya 2 – 4 cm; lamina 5 – 20 x 3 – 12 cm, berbentuk elips hingga obovate, ujungnya tumpul, dasarnya cuneate, pinnatinerved dengan 5 – 8 pasang pembuluh. Perbungaan jantan axiler pada ranting daunatau dari batang dan cabang, tapi di atas perbungaan betina, terkulai, membujur, ellipsoidal, atau clavate, 5 – 10 x 2 – 3 cm, hijau; bunga banyak, biasanya padat, kecil, dengan 2 cuping kaliks dan stamen tunggal. Perbungaan betina berhubungan dengan ranting pendek yang kokoh pada batang utama dan cabang; peduncle kokoh dengan cincin hijau berdaging pada apex, lebih besar dari perbungaan jantan; bunga kecil, kaliks tubular, ovarium membujur dan terkompresi, terminal style dan miring, stigma clavate. Buah merupakan syncarp raksasa, buah terbesar dari semua buah budidaya, 30 – 90 x 25 – 50 cm; berbentuk laras (barrel-shaped) atau buah pir (pear-shaped), glabrous, dengan duri pendek tajam berdaging berbentuk hexagonal, kulit buah berwarna kuning, daging buah berwarna kuning dan berlilin. Biji ditutupi dengan gelatin tebal berwarna kuning, besar, membujur, sekitar 3 x 2 cm.
Penyerbukan
Perbungaan jantan yang sudah matang memiliki bau manis seperti madu dan membakar gula yang menarik lalat kecil dan kumbang, sehingga penyerbukan dapat terjadi.
Germinasi
Biji akan kehilangan viabilitasnya sangat cepat sehingga harus ditanam saat masih dalam keadaan segar.
Komposisi Kimia
Ampas yang dapat dimakan, terdiri dari sekitar 30% buah, mengandung sekitar: 73, 1 % air; 0,6% protein; 0,6% lemak; 23,4% karbohidrat; 1,8% serat; 0,5% abu. Bijinya, merupakan 5% bagian buah, mengandung: 51,6% air; 6,6% protein; 0,4% lemak; 38,4% karbohidrat; 1,5% serat; 1,5% abu.
Propagasi
Nangka biasa ditanam dari biji yang ditebar secara in situ atau dalam wadah, sebagaimana bibit tanpa akar sangat sulit untuk ditransplantasi. Karena bibit nangka sangat bervariasi, tanaman-tanaman bibit unggul harus dipropagasi secara vegetatif, yang dapat dilakukan dengan setek.
Manfaat Tanaman

 Daging buah nangka muda (tewel) dimanfaatkan sebagai makanan sayuran.
 Tepung biji nangka digunakan sebagai bahan baku industri makanan (bahan makan campuran).
 Daun muda dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
 Kayu nangka dianggap lebih unggul daripada jati untuk pembuatan meubel, konstruksi bangunan pembubutan, tiang kapal, untuk tiang kuda dan kandang sapi ( di Priangan), dayung, perkakas, dan alat musik.
 Pohon nangka dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional.

Nangka sebagai Tanaman Obat
 Akar : membantu pengobatan demam, demam malaria
 Daun : bisul
 Biji : mencret/diare
Ramuan : Dua buah nangka yang masih kecil (kebabal nangka) ditumbuk atau diparut, lalu peras dengan setengah cangkir air. Tambahkan seujung sdt garam. Kemudian saring. Minum dua kali sehari.




5. Colocasia Esculenta

Deskripsi : Herba menahun (tapi kebanyakan tahunan), tegak dengan tinggi sampai dengan 2 m; sistem pengakaran liar, menyerabut dan dangkal; batang penyimpanan (subang) besar-besaran (sampai dengan 4 kg), slindris atau seperti bola, ukuran sampai dengan 30 cm x 15 cm, biasanya coklat dengan kuncup samping di bawah lampang daun memberikan pertumbuhan bagi anak subang, tunas atau geragis. Daun tersusun spiral, beroset, tunggal, bentuk seperti perisai, terdiri dari tangkai panjang (kadang-kadang lebih dari 1 m) dengan pelepah yang nyata, dan besar, bentuk helaian seperti hati, dengan ukuran sampai dengan 85 cm x 60 cm, dengan cuping belakang membulat. Pembungaan: bunga tongkol dengan anggota tubuh yang steril, dikelilingi oleh seludang dan didukung oleh gagang yang lebih pendek dari gagang. Bunga uniseksual, kecil, tanpa tajuk, Bunga jantan di bagian atas dari tongkol (spadix), dengan benang sari yang semuanya berpautan; bunga betina dasar tongkol (spadix), dengan superior, 1 sel bakal buah ada hampir melekat di kepala putik; bunga jantan dan betina terpisah oleh pita dari bunga steril. Buah: berbiji beri, banyak, Fruit a many-seeded berry, tersusun dengan rapat dan mebentuk bongkol buah, Biji: bulat telur sampai menjorong, panjang kurang dari 2 mm, dengan endosperma yang berlebihan .; Subang, mencapai berat maksimum setelah 10-15 bulan ketika hujan dan 12-15 bukan dengan irigasi, tapi biasanya dipanen sebelum waktu tersebut di atas.; Colocasia terdiri dari 8 spesies dari daerah tropis di Asia. Diklasifikasikan dalam rumpun Colocasieae, bersama dengan misalnya Alocasia. Ada dua tipe dari keladi: tipe dasheen dan tipe eddoe, yang terakhir dengan pengolahan anak subang yang dikelilingi subang yang kecil yang baik dan sering kali diklasifikasikan sebagai varietas antiquorum (Schott) Hubb. & Rehder. Di Asia Tenggara, banyak jenis keladi yang ditanam.
Distribusi/Penyebaran : Asal dan penyebaran geografis Keladi berasal dari Asia tenggara atau Asia Tengah bagian selatan, dimana tanaman ini mungkin ditanam (dikultivasi) sebelum padi.Di wilayah Asia, tanaman ini ditanam di India, Cina bagian selatan, di seluruh wilayah Malaysia, setempat di Jawa dan di Bali, di seluruh Filipina dan di New Guinea. Taro juga tumbuh di banyak pulau dari Kepulauan Pasifik, di seluruh Hindia Timur dan di Afrika bagian barat dan utara.
Habitat : Talas dapat menerima batasan lingkungan yang besar dan sistem manajemen. Tanaman ini tumbuh dengan baik di tanah yang basah. Temperatur 25 - 300C dan kelembaban yang tinggi memperbaiki pertumbuhan. Ketika tumbuh di sawah dengan sistem pengairan hujan sawah hujan) hasil yang terbaik diperoleh ketika curah hujan sekurang-kurangnya 2000 mm/tahun dan rata-rata didistribusikan.Talas tumbuh dari ketinggian 1200 m dpl di Malaysia, di Filipina 1800, dan malahan 2700 m di Papua New Guinea. tanaman ini dapat mentoleransi bayangan/tempat teduh dan seruing ditanam tanaman selingan pada pertanian.
Perbanyakan : Penatalaksanaan perbanyakan talas dilakukan secara vegetatif. Potongan subang, seluruh subang kecil, anak subang dan geragis/stolon dapat ditanam, namun tunas dan peralatan bongkol (ujung subang tambahan 15-30 cm ditambah dasar tangkai) biasanya lebih disukai. Penanaman dilakukan di lubang yang dicangkul atau galur atau bubungan yang dibuat dengan mesin. Keladi dapat tumbuh dengan kepadatan 4000-49000 tanaman/ha. Penyiangan sangat penting dilakukakan pada 3-5 bulan pertama setelah penanaman. Pada tanah yang telah beberapa kali mengalami panen, talas memberikan respon yang baik untuk pupuk, baik pupuk inorganik atau hewan. Masa pemanenan biasanya berkisar 4 - 10 bulan untuk keladi yang memperoleh pengairan dari hujan dan 9-12 bulan untuk talas di tanah basah. Pemanenan dilakukan dengan tangan. Lahan untuk talas yang dibasahi dengan hujan rata-rata sekita 5 t/ha, tapi 12.5-25 t/ha biasanya di tanah yang subur. Lahan di tanah basah telah dilaporkan lebih tinggi dan lebih dari 75 t/ha.
Manfaat tumbuhan : Pemanfaatan utama dari talas adalah sebagai tanaman pangan. Ketika dimasak, subang, anak subang, geragih, helaian daun dan tangkainya dapat di makan. Daunnya digunakan untuk membungkus masakan yang dikukus. Beberapa dikultivasi sebagai tanaman hias.



6. Dieffenbachia Seguine ( Jacq) Schott

7. Ficus Benjamina L
Morfologi tumbuhan Pohon besar, tinggi 20-25 m, berakar tunggang. Batang tegak, bulat, permukaan kasar, coklat kehitaman, percabangan simpodial, pada batang keluar akar gantung (akar udara). Daun tunggal, bertangkai pendek, letak bersilang berhadapan, bentuknya lonjong, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, panjang 3-6 cm, lebar 2-4 cm, pertulangan menyirip, hijau. Bunga tunggal, keluar dari ketiak daun, kelopak bentuk corong, mahkota bulat, halus, kuning kehijauan,. Buah buni, bulat, panjang, 0,5-1 cm, masih muda hijau, setelah tua merah. Biji bulat, keras, putih.

Klasifikasi tanaman
Divisi :Spermatophyta
Subdivisi :Angiospermae
Kelas :Dicotyledoneae
Bangsa : Urticales
Suku : Moraceae
Marga : Ficus
Jenis :Ficus benjamina L
Kandungan kimia dan khasiat :Akar udara mengandung asam amino, fenol, gula, dan asam orange. Penyakit yang dapat diobati : pilek, demam tinggi, radang amandel (tonsilitis), nyeri rematik sendi, luka terpukul (memar), influenza, radang saluran napas (bronchitis), batuk rejan (pertusis), malaria, radang usus akut (acute enteritis), disentri, dan kejang panas pada anak.
Dewasa ini beringin maupun saga banyak digunakan dalam ramuan tradisional untuk pengobatan kanker. Berdasarkan data empiris yang ada, kedua tanaman tersebut memang sudah terbukti mampu mengobati atau mencegah kanker. Beringin putih dan saga mempunyai kandungan yang sama yaitu saponin, flavanoid, dan alkaloid yang mampu menghambat laju pertumbuhan sel kanker namun tidak dapat membunuh sel kanker (agen kemopreventif).


8. Ficus Elastica Roxb

Nama umum
Indonesia: Karet kebo, karet hutan, kadjai (Sumatra)
Inggris: Assam rubber, Indian rubbertree
Melayu: rambong, pokok getah rambong
Pilipina: balete

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Urticales
Famili: Moraceae (suku nangka-nangkaan)
Genus: Ficus
Spesies: Ficus elastica Roxb. ex Hornem

Kerabat Dekat
Rampelas, Bulu, Beringin, Ilat-ilatan, Tabat Barito, Iprih, Ki Ciat, Luwingan, Amis Mata, Daun Dolar, Uyah-uyahan, Preh, Awar-awar, Gondang Putih, Bunut, Ara, Banyan, Beringin Putih, Buah Tin, Ipik, Epeh, Ketapang Brazil, Beunying, Jejawi, Rupet
Deskripsi
Tumbuhan berbentuk pohon, berumur panjang (perenial), tinggi bisa mencapai 20 - 30 m. Akar tunggang. Batang berkayu, silindris, warna coklat tua, permukaan halus, percabangan meyebar tak beraturan hingga membentuk pohon yang rindang, keluar akar-akar menggantung dari batang atau cabang yang sudah besar Daun tunggal, bertangkai, tersusun berseling (alternate), bentuk lonjong(elliptica), ujung dan pangkal meruncing (acuminatus), tepi rata, permukaan mengkilat (nitidus), pada pohon yang masih muda panjang daun +/- 35 cm, lebar +/- 15 cm, setelah pohon menjadi dewasa rata-rata panjang daun menjadi lebih kecil dengan panjang +/- 10-15 cm dan lebar +/- 5-7 cm, daun muda berwarna merah hati setelah dewasa menjadi hijau tua, kuncup daun muda tertutup dengan selaput bumbung (ocrea) berbentuk kerucut tajam berwarna merah muda Bunga muncul di ketiak daun, berwarna merah kusam, penyerbukan sangat tergantung pada satu jenis kumbang Buah bulat telur, panjang +/- 1 cm, berwarna kuning kehijauan Perbanyaan Generatif (biji) dan vegetatif (pemisahan)

9. Ficus Septica Burm.f

10. Philodendron Pedatum